Rabu, 19 November 2008

Terima kasih "CALO"

Dear blogger...

Cuma pengen ngeblog, mengubah kebiasaan "kaku", hehehehehehe.....Yups, temanya ucapan terima kasih buat "CALO" di Stasiun Kereta Api Lubuk Linggau - Musi Rawas.

Hari ke 3 setelah lebaran, aku berangkat ke Sarolangun - Jambi via Kereta Api. Emang ada Kereta Api ke Jambi?Ya gak ada-laa Broo, naik Kereta cuma sampe Lubuk Linggau.

Jadwal Kereta di Muara Enim pukul 12.50, dan .....(jadi ingat syair lagunya Bang Iwan "Kereta Tiba Pukul Berapa....."). Ya, seperti biasa, karena alasan teknis, kereta tiba 2 jam lebih dari jadwal dan sempat 2 kali mengkonfirmasikan perubahan jadwal...

Selama perjalanan lumayan lancar (macet dan lambatnya), finally, jam 19.00 aku nyampe Lubuk Linggau. Turun dari Kereta, berjuang lagi menyelamatkan diri dari "CALO" angkutan kota/minibus (Sumsel : taksi) dan sebagainya.

Setelah "makan malam", aku naik taksi jurusan Sarolangun, lancar, nyampe ke tujuan jam 21.30. Selama 4 hari aku menjelajahi Kota Sarolangun yang lebih kecil dari kotaku tercinta, Muara Enim. Maklumlah Broo, Kabupaten/kota ini termasuk kota pengembangan.

Gak banyak yang bisa aku ceritakan selama disana, soalnya aku hanya kumpul dan kumpul dengan teman lama, Xotez plus teman baru, AGON, yang mengelolah tempat kursus komputer. Dari hasil "wawancara" dan analisa bodohku, aku yakin bahwa prospek untuk mencari kerja ataupun membuka lapangan kerja disana sangat cerah, sesuai disiplin ilmu-ku, Tehnik Komputer.

Finally, ending yang pengen aku ceritakan...
Pulang sore hari dari Sarolangun ke Lubuk Linggau, lancar, selama 2 jam perjalanan terasa singkat. Jam 18.00 nyampe ke Stasiun Kereta Api Lubuk Linggau. Gak mau ketinggalan tiket dan kereta, aku langsung ikut antri...

Sambil ngantri, iseng - iseng aku baca - baca spanduk besar di Stasiun yang intinya bahwa siapapun yang bisa menangkap basah seorang "CALO" akan mendapatkan hadiah sebesar Rp.1.000.000,-

Spanduk dan pesan yang sangat cerdik, sebab bisa dibaca semua orang..Akan tetapi, apakah si pembuat ide di spanduk tersebut itu berfikir :
1. Apakah memang "hukum" sudah di tegakkan dengan sempurna di Negara tercinta ini?
2. Apakah "pesan" tersebut khusus ditujukan kepada "aparat", mengingat faktanya bahwa hampir semua "CALO" adalah masyarakat lokal wilayah tersebut?
3. Apakah cukup efektif, mengingat jumlah dari "CALO" yang berjumlah puluhan dengan calon penumpang yang berniat menangkap basah "CALO" sangat sedikit?
4. Dan lain - lain pertanyaan.....

Setelah ngobrol - ngobrol dengan sesama calon penumpang dan berdiri merapatkan barisan antrian, akhirnya perjuangan 1 jam tersebut mendapatkan hasil. Loket penjualan tiket dibuka....

Senang dan bahagia tak terkira....Setelah antrian tinggal 2 orang lagi, TRALALALALALALA, loket menampilkan pengumuman "TIKET HABIS". Bayangkan, 7 menit buka langsung habis!

Dengan menyimpan keheranan dan tanda tanya besar, kutanya kepada petugas penjual tiket dan katanya "Maaf, tiket habis...yang tersisa hanya tiket cadangan di kelas Ekonomi dan kami tidak bisa menjamin akan mendapatkan tempat duduk sesuai dengan nomor yang tertera di tiket, sebab gerbong tersebut adalah gerbong tambahan".

Tidak ada jalan lain, tiket habis, harga tiket ekonomi beda tipis dengan tiket bisnis, so, "CALO" yang setia selama 1 jam menawarkan jasanya (tampa paksaan) terpaksa jadi jalan keluar. Dengan harga 30% lebih mahal dari harga resmi kubeli...karena AKU INGIN PULANG!!!
Andai ada media cetak dan media penyiaran (TV Swasta) melakukan investigasi, alangkah hebatnya jika dapat menampilkan "sisi" ini....

Terima kasih Pak P****i (disapa "PAKDE"), terima kasih "CALO", terima kasih petugas penjual tiket Kereta Api...