Selamat Datang Peserta Didik Baru angkatan 2017/2018 di SMK Negeri 1 Tanjung Agung. Sebanyak 193 siswa/siswi yang diterima tahun ini, semoga menemukan apa yang diharapkan, yaitu : SKILL INDIVIDU sesuai TUNTUTAN DUNIA KERJA yang akan bergabung dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN ... Tampa SKIL, kita bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa.
Gunakan waktu di SMK selama 3 tahun ini untuk KRITIS dan FOKUS dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar.
SMK Hebat
Sabtu, 24 Juni 2017
Jumat, 07 April 2017
KELUMPAI TANAH ABANG
Tahun
1299, Syeh Nurul Ikwan, ulama besar, dari negeri jauh menyeberang
lautan dengan membawa panji Islam, masih keturunan Umar Ibnu Khatab.
Tahun
1317, Syeh Nurul Ikwan menikah dengan putri Raja Mesir yang kaya raya
bernama Puteri Mayang Sawitei. Tahun ini juga lahir anak laki-laki
bernama Karif Muarief, di asuh dididik ilmu agama, ilmu kesaktian dan
diberi pusaka agama Islam.
Tahun
1432, Karif Muarief diperintahkan Syeh Nurul Ikwan mengembara.
Karif
Muarief pergi ke negeri Gujarat, mampir ke negeri China, mampir ke
negeri Pahang tanah Melayu, sampai ke Negeri Bawah Angin (Bukit
Sulap). Juga mampir ke Talang Gumilang Malake Kahurip tanah Malake
dan bertemu Rie Carang Sakti Adipati.
Setelah
berdiskusi dan banyak mendapatkan pelajaran serta ilmu setelah lama
berdiam disana, Karif Muarief melanjutkan perjalanan ke hilir sungai
Lematang, sampailah ke Kebun Undang. Penguasa sukses turun temurun,
setelah lama berdiam di Kebun Undang, Karif Muarief diajak Penguasa
Kebun Undang berkeliling memeriksa negara bersama Hulu Balang Sakti
bernama Adipati Muria Dinata. Setelah berkeliling, di tepian sungai
Lematang bertemu orang Hulu Sungai Komering, orang Jawa, orang Bukit
Sulap, orang Bantam, orang Besemah. Ternyata mereka datang tampa di
undang dengan membawa istri untuk belajar bertani.
Di
pusake anak keturunan Kebun Undang terkenal nama Karif Muarief
seorang ulama sakti perkasa yang memiliki banyak murid untuk didik
ilmu agama islam dan ilmu sakti. Empat orang murid utama adalah :
- Jolang Seno (Bang Muria) - berasal dari tanah Jawa
- Malim Mukidin
- Soleh Ambar
- Alan Pasal - berasal dari tanah Kombering.
Setelah
mendapatkan ilmu agama dan ilmu dunia, empat murid ini oleh penguasa
Kebun Undang diangkat patih : Malim Mukidin - Patih Kuase Negare
Dangku, (Guru Agama Ke Tiga) Soleh Ambar - Patih Kuasa Negara Nakat,
Alam Pasal – Patih Kuasa Negara Curup. Ke empat orang ini disebut
Empat Sejanjung Seurai atau Serasan Sekundang Setungguan. Dikenal
dengan nama Empat Petulai Hulu Balang.
Empat
Petulai ada menguasai negara Patih orang jawa – Negara Heban Batu
nama dahulu, dikenal pula Tanah Abang tahun 1497. Yang dimaksud Lemah
Abang diartikan tanah yang dikuasai orang Jawa, ada juga dikatakan
seorang datang dari tanah Jawa negara Aceh bernama Syeh Karim Ulia.
Syeh
Karim Ulia bersama Karif Muarief keliling memeriksa negara Karif,
karena Lemah Abang banyak datang orang dari jauh tampa diundang. Syeh
Karim Ulia diserahkan keris sakti Naga Sakti guna membela negara.
Juga disebut-sebut, Syeh Karim Ulia dan Karif Muarief pernah
mengembara ke Bukit Siguntang sampai ke Muara Lematang, tidak
menemukan penguasa daerah. Mereka terus ke hulu Sungai Lematang,
singgah di Tanah Malake Kahurip – bertemu Rie Carang Sakti Jaka
Adipati. Bertiga bersepakat mengembara ke Merapi dan bertemu penguasa
yang menganut Agama Budha Shiwa bernama Mura Zaman. Setelah
berdakwah, sang penguasa Merapi tidak menerima ajaran Agama Islam.
Hulu Balang Merapi bernama Kunci Petala diperintah bertempur dengan
Rie Carang Sakti Jaka Adipati. Setelah Hulu Balang tewas, Sang Raja
Merapi turun tangan bertempur dan tewas juga.
Setelah
itu Karif Muarief + Syeh Karim Ulia + Rie Carang Sakti Jaka Adipati
kembali ke negara Kebun Undang Lemah Abang, sempat mampir ke Talang
Gumilang Kahurip Malake Sungai Lematang.
Ketika
Syeh Karim Ulia kembali ke Negeri Cempaka Negara Aceh, Syeh Karim
Ulia bertemu Syeh Jalil – anak Raja Penguasa Ayek Hening Syeh
Jalaludin. Bersama Syeh Jalil, mengembara ke Gunung Dempo, sampai ke
Gunung Bungkuk. Di Gunung Bungkuk bertemu Raden Cili dan bersepakat
mengembara ke Bukit Siguntang, karena tidak ditemukan Raja Penguasa
di Palembang, maka perjalanan terus kembali dan singgah di Tanah
Abang.
Syeh
Karim Ulia kembali ke Negeri Aceh, Karif Muarief mengembara ke negeri
Dangku bertemu Patih yang memerintah negara Kujur Ireng Tege Sejurai.
Dikatakan :
1.
Kumbang Ireng satu.
2.
Pasak Bumi satu.
3.
Gangse Burai satu.
4.
Pedang Pandak dua bernama Sejajar Melayang Kute dan Pendawe (Pendawe
dibuat tahun 1197).
5.
Pedang Panjang ilmu sejajar, yaitu : Cikar Bumi disebut Tige Kute dan
Ikan Belang (tahun 1201 Nika) dalam tahun 1212 disebut Belang Kuning.
Tahun
1240 kelima pusaka disebut Lime Sekuntum. Pusaka ini digunakan Hulu
Balang Dangku perang untuk Islam melawan musuh agama Islam orang
beragama Budha (orang Palembang).
Hulu
Balang Sakti Dangku bernama Adia Tara adalah seorang Hulu Balang
Sakti berasal dari tanah Mataram, bermaksud mengembangkan agama
Islam. Berlayar sampai ke Negeri Jambi, berjalan sampai ke Muara
Enim. Terus ke hilir menelusuri Sungai Lematang, mampir ke Muara
Haman (Tanjung Raman), mampir ke Malake Talang Gumilang Kahurip
bertemu Raja Sakti Muhammad Said. Setelah sambutan, terungkap bahwa
Syeh Nurul Ikwan beragama sama dan sepakat mengucap janji
seperjuangan.
Barang
yang dibawa adalah Baju Pusaka Sakti tanah orang suci tiga sejunjung,
baju Raja diraja, senjata keris sejajar bernama Belang Sembilan satu
(bertahun 1203), Keris bernama Buaya Putih di pusaka Syeh Nurul Ikwan
(bertahun 1202), pusaka dari tanah suci Kute Minna, Keris bernama
Layang Titik di pusaka Syeh Nurul Ikwan (bertahun 1202), Keris
Sembilan Luk bernama Elang Putih satu dari negeri Madinah, Keris
bernama Burung Sewake – keris sakti dan terlihat buruk rupa tak
berharga dari tahun 1214 dari Madinah. Jika nanti keris ini tidak
dirawat, akan bertanya pada keturunan Air Hitam, keturunan Kahurip.
Jika tidak ada, kembali bertanya ke puyang di Curup dimana keturunan
Curup menyimpan pusaka Syeh Nurul Ikwan. Pusaka Cakra Alam (bertahun
1220) digunakan Raja mengembara, diserahkan Syeh Nurul Ikwan pada
Karif Muarief.
Awal
cerita ditahun 1214 pedang pendek kecil disebut Cikar Samudra,
diceritakan Syeh Nurul Ikwan orang keturunan Arab asli mengembara ke
Kebun Undang Sungai Lematang. Raja yang bijaksana juga membuat nama
Tanjungan Ular / Tanah Besiku (tanah tanjungan air deras balik ke
hilir). Pusaka Raja yaitu sebuah kujur bernama Petir Kuning sebuah,
keris bernama Tanding Laga satu, keris iring pandak sebuah. Tahun
1253 keris Iring Pandak ini didapat Syeh Nurul Ikwan dari tanah Pari
yang merupakan hadiah Raja Mataram yang pernah menjadi murid utama
Syeh Nurul Ikwan yang di didik ilmu sakti dan ilmu perang serta ilmu
senjata. Inilah asal mula keturunan Raja Mataram berkembang turun
temurun di Sungai Lematang, Raja Mataram ini beristrikan seorang
putri keturunan Raja Johor tanah Melayu yang berkuasa dan terkenal
sakti. Ketika Karif Muarief dewasa diberi senjata pedang panjang
sebuah bernama Dewa Jagat bertahun 1287, kujur sakti dua buah
(sepasang) bernama Putri Rimba dan Layang Kumbang. Diberi juga Bebat
bemate intan Baidri, ada 3 bebat bemate : digunakan ketika terjadi
huru-hara peperangan, digunakan jika dipakai tidak mempan senjata,
digunakan ketika musim paceklik. Diberi tongkat putih berhulu ular
hadiah dari Raja Bukit Siguntang diberikan pada Syeh Hamimi – putra
Syeh Muhammad Said (Penguasa Talang Gumilang Tanah Malake Kahurip)
berupa keris sakti bernama Cikar Negare. Tahun 1399, senjata ini
dibawa balik ke Kebun Undang, dibawa mengembara mudik, mengembara
Bukit Siguntang, kembali lagi dan sempat singgah ke Dangku.
Ketika
tahun 1492, ada perampok Besemah sakti kuase Gunung Dempo bernama
Lumbah Buarai bersama Hulu Balang bernama Tambor masuk ke Negeri
Lemah Abang. Hulu Balang Raja bernama Bang Muria bertarung dua lawan
satu, Lumbah Buarai tewas dan Tambor melarikan diri. Setelah
diperiksa dan dirawat oleh Karif Muarief, Bang Muria diberi tambahan
ilmu bertarung, ilmu agama Islam dan ilmu membuat senjata dengan cara
di urut.
Karif
Muarief memiliki pedang panjang pusaka turun temurun bernama Baiduri,
tahun 1241 pernah digunakan bertanding pedang. Karif Muarief memiliki
pusaka turun temurun berbentuk ketupung buruk rupa bernama Tekawang
Dewa. Memiliki keris pusaka bernama Cikar Bumi (bertahun 1219), juga
memiliki pedang pendek bernama Duyung Samudra - tahun 1232 pernah
digunakan untuk pertamakali membabat belukar untuk bertani. Kujur
Sakti bernama Layang Bumi pernah digunakan tahun 1216 ketika ada huru
hara.
Tahun
1432, terjadi pertempuran antara Karif Muarief dengan dengan Raja
Rampok dari Gunung Ibul bernama Panatik beserta seorang perampok
ulung sakti Gunung Merakse bernama Jamrik. Ada Raja rampok Besemah
bernama Bedasang masuk Kebun Undang, dihadang Hulu Balang Kebun
Undang. Perampok ulung Gunung Merakse tewas ditangan Karif Muarief
dan perampok Gunung Ibul melarikan diri.
Tahun
1371, sampai Negara Pagar Ruyung dan raja beragama Islam ini bertemu
Syeh Nurul Ikwan dan berdiskusi masalah agama Islam. Disampaikan
bahwa meraka akan mengembara keliling ‘sapte negare’, mampir di
Bukit Siguntang bertemu Raja Pelimbangan Sanghiang yang memeluk agama
Hindu Budha. Tidak terima dengan dakwah, Raja Pelimbangan bertempur
dengan Syeh Nurul Ikwan. Setelah Raja Pelimbangan tewas, tidak terima
maka Hulu Balang Pelimbang juga turun bertempur dan kalah. Hulu
Balang Raja pelimbangan memohon diasuh dan dibina dengan menyerahkan
pusaka keris sebagai tanda takluk.
Saat
kembali mudik ke Kebun Undang, sedang terjadi pertempuran Hulu Balang
Kebun Undang bernama Aria Adiwinata dengan perampok dari Besemah
bernama Taburo, perampok dari Gunung Merikse Tige dan perampok dari
Gunung Ibul. Taburo tewas dan kepalanya dipenggal oleh Hulu Balang
kebun Undang, perampok Gunung Ibul dapat ditundukkan dan menerima
ajaran agama Islam, diserahkan pada Syeh Nurul Ikwan. Perampok Gunung
Merakse kalah dan pulang tampa hasil.
Setelah
pertempuran, Syeh Nurul Ikwan mennambahkan ilmu lagi pada Hulu Balang
Kebun Undang dan menyampaikan amanat jika Beliau meninggal maka keris
pusaka dibagi dua dengan Karif Muarif.
Setelah
menambah ilmu, Raja Sakti Karif Muarief mengembara ke hillir Sungai
lematang, bertemu dengan makam Syeh Angkasa Ibrahim – orangtua
penguasa negeri Muara Haman (Tanjung Raman). Terus mengembara sampai
negara Pulumbungan (Palembang) dan bertemu Raden Rahmad seorang ulama
sakti agama Islam dari Negara Islam Aceh. Setelah berdiskusi, berdua
mengembara bersama dan berencana mendirikan negara Islam. Rencana
tidak terlaksana karena Karif Muarief meninggal di negeri Minna tahun
1486, Kebun Undang diteruskan anaknya yang bernama Said Patahilla
yang juga disebut Syarif Hidayat.
Permulaan
Karif Muarif beristri putri Campa bernama Rubiah dan memiliki dua
orang anak bernama Jadhil Mudhahil dan adiknya Syarif Hidayat.
Setelah didik ilmu agama, ilmu dunia, ilmu senjata dan ilmu perang,
Jadhil Mudhahil kembali ke Madinah dan Syarif Hidayat mengembara ke
Aceh. Syarif Hidayat terkenal di negara Cina, juga dikenal ditanah
Melayu bijaksana lagi perkasa membawa agama Islam sebagai ulama dan
sebagai santri. Syarif Hidayat diangkat Raja Pasai sebagai Hulu
Balang Negara Pasai Aceh.
Rubiah
si Putri Campa (Jeumpa) dari Negeri Aceh yang dipimpin Raja Syeh
Malikul Zahir meninggal tahun 1489, ketika sedang sakit, Jadhil
Mudhahil kembali ke Kebun Undang atas perintah ibunya – Rubiah,
demikian pula adiknya Syarif Hidayat. Setelah pulang, Jadhil Mudhahil
ingin memerintah di kebun Undang, tapi tidak dapat izin dari ibunya.
Tahun 1498, Jadhil Mudhahil meninggal dunia di Kebun Undang.
======
TUTUP ====
Catatan
:
1.
Isi terjemahan kaghas selanjutnya
adalah cerita pujian pada Syarif Hidayat dan berisi petunjuk
tentang tata cara mengurus pusaka baghi dan berisi
terawangan/petunjuk yang didapat oleh Syarif Hidayat tentang masa
depan. Contoh : a. Tahun Sutik Sanga Pitung Sanga ada negara Islam
yang Raja Terbesar tanah suci meninggal dunia. B. Tahun Sutik Sanga
Kace Mate Bola Raja-raja negara Islam sepakat janji saling menolong
saling menjaga. Raja-raja Islam berkumpul ditanah suci juga ulama
besar Islam dari Pulau Pari, ada juga masuk pulau Kelapa dan
berkeliling ditanah pusaka, ada kekacauan ditanah pusaka, ada Luruk
Tahun.
2. Isi
terjemahan memang ada yang dipotong, terutama pada bagian
pertempuran yang menceritakan detail pertempuran (melayang diair,
terbang dan sebagainya)
3.
Walau tidak ditulis sama persis
seperti terjemahan asli, dipastikan, tulisan ini tidak mengurangi
makna dan isi cerita.
4.
Tulisan ini masih sesuai alur
cerita pada terjemahan asli, sumber terjemahan Elita Wati.
5.
Kritik dan saran ke : Adi Gumay
6. Korelasi informasi, dilihat di http://sejarahbenakat.blogspot.co.id/ dan https://infokito.wordpress.com/2016/04/17/sejarah-dusun-tanjung-raman/
6. Korelasi informasi, dilihat di http://sejarahbenakat.blogspot.co.id/ dan https://infokito.wordpress.com/2016/04/17/sejarah-dusun-tanjung-raman/
BEBUE DARMO
Ketika
tahun 1394, ada seorang laki-laki bernama Said
Abdul Syukur
(Saik Abdul Syukur / Syeh Abdul Syukur) – seorang
ulama besar agama Islam yang datang dari Pasai Aceh.
Pertama
mengembara (syi’ar) agama Islam adalah ke Gunung Bungkuk. Setelah
sampai di Gunung Bungkuk, bertemu Raja
Gunung Bungkuk
yang bernama Ratu
Agung.
(lanjutan teks ini terputus karena sudah tidak terbaca lagi oleh
penterjemah).
Ratu
Agung di Gunung Bungkuk merupakan penganut agama Islam. Tidak lama di
Gunung Bungkuk, Said Abdul Syukur melanjutkan perjalanan ke Kute
Heban Batu dan bertemu Penguasa
Kute Heban Batu
yang bernama Pekik
Nyaring Arya Sakti
yang terkenal sakti perkasa.
Setelah
berdiskusi panjang lebar, berdua sepakat untuk sama-sama merantau dan
menyebarkan agama Islam.
Ketika
sampai ke Kute Muahe Hening (Muara Enim), bertemu dengan penguasa
Muara Enim - Syeh
Jalaluddin.
Diantar meninjau Muara Enim dan terlihat pertanian subur, agama Islam
sempurna dan umat patuh pada ajaran Islam, kehidupan makmur. Terlihat
sudah berdiri Patang Puluh Bubung Sudung.
Said
Abdul Syukur dan Pekik Nyaring Arya Sakti serta Syeh Jalaludin
kemudian melanjutkan ke Kute Tanjungan Ayek Hening (Tanjung Enim)
yang beragama Islam dan disambut hangat oleh Raja
Tanjungan Ayek Hening.
Selanjutnya
melanjutkan perjalanan ke Kute Lawang Kidul Ayek Hening (Lawang
Kidul). Ketika sampai di Kute Lawang Kidul, sedang terjadi kekacauan
karena ada perampok ulung dari Besemah yang bernama Benawa
akan merampok pusaka di Kute Lawang Kidul. Raja Kute Lawang Kidul
yang bernama Muhammad
Ilyas Bin Abdullah Suryadiningrat
yang berasal dari Pulau Pari dengan keris pusaka bernama Mahkute
Alam. Syeh Jalaludin + Said Abdul Syukur dan Pekik Nyaring Arya Sakti
menjadi saksi pertarungan tersebut.
Perampok
ulung sakti dari Besemah kalah dan melarikan diri ke hutan. Setelah
pertempuran selesai, disepakati putra tunggal Kute Lawang Kidul
sekaligus Hulu
Balang Kute Lawang Kidul – Muhammad Rasyid Patih Anom,
ikut Syeh Jalaludin ke Kute Muahe Ayek Hening. Tidak lama kemudian,
sampai juga ke Kute Lawang Kidul Raden Cili dan Rie Carang Sakti Jaka
Adipati menemui Hulu Balang Kute Lawang Kidul. (lanjutan teks ini
terputus karena sudah tidak terbaca lagi oleh penterjemah).
Kemudian
Raden Cili dan Rie Carang bersama Muhammad Rasyid menghadap Penguasa
Kute Lawang Kidul untuk pamit merantau pada orangtua Muhammad Rasyid
– Muhammad Ilyas Bin Abdullah Suryadiningrat. Sesuai kesepakatan,
tujuan pertama mereka adalah ke Kute Heban Batu yang dipimpin Raje
Pekik Nyaring Arya Sakti, meskipun melewati beberapa Kute.
Setelah
berjalan merantau, sampailah Rie Carang, Raden Cili dan Muhammad
Rasyid ke Kute Heban Batu. (lanjutan teks ini terputus karena sudah
tidak terbaca lagi oleh penterjemah)
Muhammad
Rasyid menyampaikan maksud dan tujuan mereka ke Kute Heban Batu. Rie
Carang dapat pusaka keris “Ular Belang”, Raden Cili dapat pusaka
keris “Macan Kumbang” dan Muhammad Rasyid mendapatkan “ilmu
kuasa ilmu – ilmu bertarung – ilmu kuasa besi”.
Setelah
lulus, mereka langsung pulang ke Kute Lawang Kidul, saat itu Raje
Kute Lawang Kidul – Muhammad Ilyas sedang pergi mengembara. Ada
kabar gembira bahwa mereka bertiga ....
(cerita
terputus karena bebue
kedua belum ditemukan)
Catatan :
1. Isi tulisan bersumber pada terjemahan bebue Darmo yang di terjemahkan oleh Bapak Drs. M Ansyori, sumber terjemahan dipegang Elita Wati.
2. Isi tulisan ini saya ubah kedalam bahasa Indonesia agar mudah difahami oleh semua, karena terjemahan asli masih menggunakan dialek dan kosakata bahasa Lematang Ilir.
3. Ketika ada kekeliruan, maka yang benar adalah terjemahan asli. Ketika dalam terjemahan asli ada kekeliruan, maka rujukannya adalah bebue yang asli.
4. Korelasi
informasi, dilihat di http://sejarahbenakat.blogspot.co.id/ dan
https://infokito.wordpress.com/2016/04/17/sejarah-dusun-tanjung-raman/
5. Semoga bermanfaat.
5. Semoga bermanfaat.
Langganan:
Postingan (Atom)